Penalaran Deduktif
·
Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran
Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Metode
ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional,instrumen
dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih
dahuluharus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian dilapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakankata kunci untuk memahami suatu gejala.
·
Jenis Penalaran Deduktif
Jenis
penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1.
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme
kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan
anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden,
simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam
kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam
kesimpulan disebut premis minor.
Contoh
:
Premis
Mayor : Tidak ada manusia yang abadi
Premis
Minor : Socrates adalah manusia
Kesimpulan
: Socrates tidak abadi
Kaedah-
kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
a.
Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term
penengah.
b.
Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan
c.
Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
d.
Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
e.
Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
f.
Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
g.
Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
h.
Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu
simpulan.
2.
Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme
hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi
premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika … konklusi tertentu
itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor
menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi. Ada 4 (empat) macam tipe
silogisme hipotesis:
1.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika
hujan, saya naik becak.
Sekarang
hujan.
Jadi
saya naik becak.
2.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila
hujan, bumi akan basah.
Sekarang
bumi telah basah.
Jadi
hujan telah turun.
3.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan
akan timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi
kegelisahan tidak akan timbul. Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak
gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Kaedah-
kaedah Silogisme Hipotesis
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting di sini adalah menentukan kebenaran konklusinya
bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila
antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum
silogisme hipotetik adalah:
1)
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2)
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Contoh
:
a)
Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal
Premis
Minor: Hujan tidak turun
Konklusi
: Sebab itu panen akan gagal.
b)
Premis Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis
Minor : Air tidak ada.
Kesimpulan
: Manusia akan kehausan.
3.
Silogisme Alternatif : silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya
membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang
lain. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak
salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya.
Silogisme
ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme
disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya
mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la
lulus atau tidak lulus.
Ternyata
ia lulus
Jadi,
la bukan tidak lulus
Silogisme
disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif,
seperti:
Ranno di rumah atau di pasar.
Ternyata
tidak di rumah.
Jadi,
di pasar
Silogisme
disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu:
1.
Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui
alternatif yang lain.
2.
Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari
alternatif yang lain.
Kaedah-kaedah
silogisme alternatif :
1.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar,
apabila prosedur penyimpulannya valid
2.
Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a.
Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar)
Contoh
:
Rizki
menjadi guru atau pelaut.
la
adalah guru.
Jadi
bukan pelaut
Rizki
menjadi guru atau pelaut.
la
adalah pelaut.
Jadi
bukan guru
b.
Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah)
Contoh
:
Penjahat
itu lari ke Surabaya atau ke Yogya.
Ternyata
tidak lari ke Yogya.
Jadi
ia lari ke Surabaya. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Rifki
menjadi guru atau pelaut.
Ternyata
ia bukan pelaut.
Jadi
ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang)
Contoh
:
Premis
Mayor : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Premis
Minor : Nenek Sumi berada di Bandung.
Kesimpulan
: Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
4.
Entimen : Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam tulisan maupun tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
kesimpulan.
Entimen
atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos”
artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk
menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah
entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan
yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk
menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut
Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme"
adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan
berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya,
entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
Contoh
:
Rumus
Entimen:
PU
: Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
PK
: Nyoman pegawai yang baik.
S
: Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimen
: Nyoman tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik
sumber
:
http://gakaramyblog.blogspot.com/2012/04/kutipan-mengenai-penalaran-deduktif.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar